MA’ANI AL-QUR’AN: MENYELAMI INDAHNYA PILIHAN DIKSI KHOLAQO DAN JA’ALA


Oleh: MA. Zuhurul Fuqohak



Sering timbul kegamangan bagi beberapa pengkaji al-Qur’an tentang perbedaan dan persamaan kata. Mazhab Abu Ali al-Farisi dan Ibnu Jinni menyebut bahwa tidak ada mutarôdif (sinonimitas) di dalam al-Qur’an. Setiap kata pasti memiliki makna dan arahan yang berbeda. Apa pun itu. Ini yang kemudian diikuti oleh M. Syahrur dengan teorinya ansinomitas al-Qur’an. Namun, kebanyakan ulama (jumhûr) menyebut sesungguhnya sinonimitas itu ada dalam al-Qur’an. Semisal kata insân dan basyar itu merujuk makna manusia.

Namun, jika ditelaah lebih lanjut, para ulama yang menyebut adanya sinonim dalam al-Qur’an itu juga tidak mengingkari pencarian other meaning (makna lain, makna dibalik kata, arti tersirat dan tersurat) dari dua kata sinonim tersebut. Semisal kata insân itu diarahkan pada manusia yang dilihat dari sisi keharmoniannya. Sedangkan basyar itu dilihat dari sisi kulit luarnya. Ini pulalah yang kemudian dijadikan sebagai pendekatan untuk mencari karakteristik di dalam kata kholaqo dan ja’ala yang ada dalam beberapa ayat al-Qur’an.

Kata kholaqo itu bermakna menciptakan (dari tiada menjadi ada). Sedangkan ja’ala itu bermakna menjadikan (dari ada ke bentuk ada yang lain). Ini artinya, bilamana keduanya berkumpul maka kata kholaqo menempati urutan di depan. Kemudian disusul kata ja’ala. Semisal ketika Allah menciptakan langit-bumi dari tiada, maka al-Qur’an menggunakan bahasa kholaqo. Dan ketika Allah menghiasi bumi dengan tetumbuhan, gunung, menguatkan, berputar dan sebagainya maka al-Qur’an menggunakan bahasa ja’ala.

Mengapa perlu ditambahi penjelasan bahwa dua makna berbeda itu ketika keduanya berkumpul? Jawabannya adalah karena bisa saja salah satunya menggunakan makna yang lain ketika tidak berkumpul. Jadi, bisa saaj kata ja’ala menggunakan makna kholaqo atau sebaliknya ketika yang disebut adalah ja’ala sendiri atau kholaqo sendiri tanpa dibarengkan.

Sekarang contohnya. Jika keduanya berkumpul, maka perbedaan makna itu akan nampak. Semisal dalam QS. Az-Zumar: 6, QS. At-Taubah: 36, QS. Al-An’âm: 1 dan QS. Al-Anbiya’: 33. Ini adalah analisis sementara penulis yang tentu ada bisa setuju dan tidak. Silahkan berikan komentar Anda di bawah:

1.     Apa perbedaan Kholaqo-Ja’ala di dalam al-Qur’an menurut pemahamanmu?
2. Apakah ada contoh di dalam al-Qur’an yang berseberangan dengan kesimpulan penjelasan di atas?
3.     Apa contoh persamaan makna penggunaan kata Kholaqo-Ja’ala di dalam al-Qur’an?